UpdateiNews | Pekanbaru,(27/07/25) – Terungkap sudah tragedi memilukan yang selama hampir setahun menimpa seorang remaja perempuan di Pekanbaru. Ia ditemukan dalam kondisi hamil setelah dibawa kabur oleh kekasihnya, Nardino Sunandi alias Dindo (19), yang akhirnya ditangkap jajaran Polsek Tenayan Raya pada Rabu (23/07/2025) di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Modus pelaku terbilang klasik namun tragis: menjalin hubungan asmara dengan korban yang masih di bawah umur, membawa lari tanpa seizin orang tua, lalu mencabuli hingga korban hamil. Ketika waktu melahirkan tiba, alih-alih bertanggung jawab, Dindo malah meninggalkan sang korban begitu saja di pinggir jalan. Tak hanya menjadi korban kekerasan seksual, sang remaja juga harus menghadapi persalinan tanpa pendampingan, dalam kondisi terpuruk secara mental dan sosial.
Menurut Kanit Reskrim Polsek Tenayan Raya, Iptu Dodi Vivino, pelaku sempat membawa korban ke Pekanbaru menjelang waktu melahirkan. Namun tanggung jawab moral itu tidak dimiliki pelaku. Ia kabur ke kampung halamannya, meninggalkan korban dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
“Korban dilaporkan menghilang sejak tahun lalu. Dari hasil penyelidikan, ternyata dibawa kabur oleh pelaku hingga kemudian ditinggalkan dalam kondisi hamil. Ini sangat memprihatinkan,” kata Iptu Dodi, Sabtu (26/07/2025).
Kasus ini bukan hanya tentang satu pelaku dan satu korban. Ini adalah pengingat keras bahwa predator seksual bisa datang dari siapa saja, bahkan dari orang yang kita pikir bisa dipercaya. Relasi asmara yang dibungkus kata cinta seringkali menjadi jebakan mematikan bagi anak-anak perempuan yang belum memahami dunia.
Ironisnya, kasus ini mencerminkan betapa lemahnya pengawasan dari orang tua maupun lingkungan sekitar terhadap aktivitas dan pergaulan anak. Fakta bahwa korban bisa hilang selama hampir setahun tanpa jejak, hanya mengandalkan laporan orang tua sejak 18 September 2024 lalu, adalah alarm darurat bagi masyarakat kita.
“Ancaman hukumannya berat, bisa sampai 10 tahun penjara atau lebih, tergantung hasil pemeriksaan dan fakta persidangan nanti,” tegas Dodi.
Mengapa anak di bawah umur bisa dibawa kabur begitu lama? Mengapa tidak ada sistem deteksi dini dari sekolah, RT, RW, tokoh masyarakat atau bahkan rekan sebaya korban? Apakah kita terlalu abai dengan anak-anak kita sendiri?
Sudah saatnya seluruh orang tua sadar bahwa pengawasan bukan sekadar menanyakan “kamu di mana”, tetapi menyelami dunia digital, sosial, dan psikologis anak. Anak bukan hanya butuh makanan dan sekolah, tetapi juga pendampingan dan pemahaman yang utuh agar tak mudah dibujuk, dirayu, dan diperdaya.
Kejadian ini juga menjadi bukti mendesak bahwa edukasi seksual sejak dini bukanlah tabu. Anak-anak perlu tahu hak tubuh mereka, batasan relasi yang sehat, serta bagaimana mengenali dan menolak ancaman dari pelaku yang memanfaatkan cinta sebagai topeng kejahatan.
Kasus ini bukan hanya tentang proses hukum terhadap pelaku. Ini adalah cambuk keras bagi kita semua: para orang tua, pendidik, penegak hukum, dan seluruh elemen masyarakat. Satu anak yang jadi korban, adalah kegagalan kita bersama. Jangan biarkan kasus serupa terjadi lagi karena kelengahan yang bisa dicegah.(*)
Rikis: Redaksi
Editor: Wheny
UPDATEINEWS|PEKANBARU,(2/10/25) – Kabar baik bagi pekerja non formal di desa, khususnya guru Madrasah Diniyah Awaliyah…
UPDATEINEWS|MERANTI,(2/10/25) - Polres Kepulauan Meranti menggelar kegiatan Supervisi Penyusunan Kajian Kebijakan Penyelenggaraan Personil Polri di…
UPDATEINEWS|MERANTI,(2/10/25) - Polres Kepulauan Meranti melalui Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) memasang plang peringatan larangan membakar…
Oleh: Redaksi UPDATEINEWS|PEKANBARU,(1/10/25) - Sekretaris Daerah Riau, Syahrial Abdi, menyampaikan Nota Pengantar Perubahan APBD 2025…
UPDATEINEWS|JAKARTA,(30/08/25) - Jaksa Agung ST Burhanuddin akhirnya menuntaskan kekosongan jabatan Jaksa Agung Muda Pembinaan (JAMBin)…
UPDATEINEWS|PEKANBARU,(30/09/25) – Menjelang Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025,Kader inti pemuda anti narkoba (KIPAN) Kota…
This website uses cookies.