Tragedi Nepal: Dari Kecelakaan Bocah hingga Gelombang Protes Berdarah

UpdateInews|Kathmandu,(10/09/25) – Nepal diguncang tragedi besar dalam beberapa hari terakhir, bermula dari sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa seorang siswi sekolah dasar berusia 11 tahun, Usha Magar Sunuwar, di Lalitpur pada 6 September 2025. Mobil yang diketahui merupakan bagian dari konvoi pejabat pemerintah menabrak korban dan langsung meninggalkan lokasi tanpa memberikan pertolongan.

Rekaman CCTV kejadian tersebut menyebar cepat di media sosial dan memantik gelombang kemarahan publik. Usha segera menjadi simbol perlawanan terhadap sikap abai dan arogan kalangan elit politik Nepal.

Tak lama berselang, pemerintah memutuskan untuk melarang 26 platform media sosial, termasuk Facebook, Instagram, hingga WhatsApp. Kebijakan ini memicu protes besar-besaran, terutama dari kalangan generasi muda yang menilai langkah tersebut sebagai bentuk pembungkaman kebebasan berekspresi.

Gelombang demonstrasi yang awalnya menuntut keadilan atas kematian Usha, berkembang menjadi aksi menentang korupsi, nepotisme, dan represivitas pemerintah. Massa kemudian beralih ke aksi destruktif dengan membakar gedung parlemen, menyerang kediaman tokoh politik, hingga merusak fasilitas umum.

Aparat kepolisian menanggapi dengan penggunaan gas air mata dan peluru karet. Namun bentrokan yang kian meluas menelan sedikitnya 19 korban jiwa, termasuk warga sipil, aparat keamanan, hingga awak media. Beberapa laporan bahkan menyebut istri seorang mantan perdana menteri menjadi korban kekerasan massa.

Situasi semakin genting ketika militer diturunkan untuk mengendalikan keadaan. Pemerintah memberlakukan jam malam nasional, menutup bandara, dan menahan puluhan orang yang dianggap provokator. Perdana Menteri K. P. Sharma Oli menyatakan pengunduran diri, meski tetap menjabat sebagai caretaker. Sejumlah pihak kemudian mengusulkan nama mantan Ketua Hakim Sushila Karki sebagai calon perdana menteri interim.

Kekacauan ini juga berdampak internasional. Ratusan wisatawan, termasuk dari India, terjebak di Nepal akibat penerbangan yang dibatalkan dan hotel yang dilaporkan terbakar. Pemerintah India sampai membuka posko darurat untuk membantu warganya yang tertahan.

Tragedi Nepal kini bukan lagi sekadar kasus kecelakaan lalu lintas, melainkan cerminan rapuhnya politik dan kepercayaan publik terhadap pemerintah. Dari seorang bocah yang diabaikan, lahir gelombang kemarahan yang menguji arah masa depan demokrasi di negeri Himalaya tersebut.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *