Pengkhianat dari Dalam, Luka Lama yang Tak Boleh Terulang

UPDATEINEWS|OPINI|PEKANBARU,(7/09/25) – Bangsa ini sudah terlalu sering diuji. Sejak masa penjajahan, sejarah mengajarkan bahwa negeri kita jarang kalah karena kekuatan senjata lawan. Kita lebih sering runtuh karena pengkhianatan dari dalam. Dari sosok yang berkhianat, dari tangan yang menjual tanah air demi kepentingan sesaat, dari hati yang lupa pada persatuan.

Sejarah Nusantara mencatat bagaimana kerajaan besar hancur bukan karena musuh terlalu kuat, tetapi karena ada yang membuka pintu benteng dari dalam. Demak, Majapahit, hingga kisah pahit penjajahan Belanda yang panjang semuanya berdarah akibat pecahnya persatuan. Penjajah hanya menunggu celah. Dan celah itu selalu datang dari pengkhianat yang rela menukar marwah bangsa dengan keuntungan pribadi.

Belajar dari Luka Sejarah

Hari ini, Indonesia tidak lagi dijajah dengan meriam dan kapal perang. Kita dijajah dengan hoaks, fitnah, politik adu domba, dan kepentingan sempit yang merobek tenun kebangsaan. Musuh lama berganti rupa: ia hadir sebagai provokator di media sosial, sebagai penghasut di ruang-ruang publik, bahkan kadang sebagai pemimpin yang lupa diri.

Namun pola pengkhianatan tetap sama: memecah belah persatuan, mengadu saudara, meruntuhkan kepercayaan. Bila rakyat mudah terbakar emosi, mudah percaya kabar palsu, maka kita sedang mengulang babak kelam sejarah.

Menjaga Persatuan, Menolak Pengkhianatan

Di tengah derasnya arus informasi, kita dituntut untuk bijak. Jangan mudah percaya pada kabar yang memecah belah. Jangan ikut-ikutan menebar kebencian. Jangan biarkan mulut kita jadi senjata bagi musuh yang bertepuk tangan melihat kita terpecah.

Menghargai perbedaan, menahan diri dari emosi, dan merawat persaudaraan itulah cara sederhana kita melawan pengkhianat zaman ini.

Persatuan adalah benteng. Dan benteng itu harus dijaga bersama, dari rakyat jelata hingga pejabat negara.

Indonesia, Rumah yang Harus Dijaga

Kita tidak boleh lupa: Indonesia berdiri di atas darah dan air mata pejuang yang gugur melawan penjajah. Mereka mewariskan negeri ini bukan untuk dipecah, apalagi dihancurkan oleh pengkhianatan.

Hari ini, tugas kita bukan sekadar mengisi kemerdekaan, tapi juga memastikan luka sejarah tak pernah berulang. Kita boleh berbeda pendapat, tapi jangan sampai terbelah. Kita boleh mengkritik, tapi jangan sampai membenci sesama anak bangsa.

Penutup

Pengkhianat selalu mencari jalan di tengah keretakan. Maka, jangan beri mereka ruang. Bersatu, saling menjaga, dan tetap waras dalam berbangsa—itulah jalan meneduhkan yang harus kita pilih.

Karena sejatinya, Indonesia tidak akan hancur oleh kekuatan dari luar. Indonesia hanya bisa runtuh bila kita membiarkan pengkhianatan tumbuh di dalam.(*)

Rilis: Opini|Pimred
Editor: Wheny

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *