UpdateiNews | Kampar, (14/05/25) – Peristiwa kaburnya 11 tahanan dari ruang sel Polres Kampar, Selasa malam (13/5/2025), mengguncang kepercayaan publik terhadap sistem pengamanan institusi penegak hukum. Hingga kini, belum satu pun dari para tahanan tersebut berhasil ditangkap kembali. Meski pihak kepolisian belum merinci kronologi kejadian, analisa awal menunjukkan adanya celah besar dalam sistem keamanan dan pengawasan.
Titik Lemah Keamanan: Lebih dari Sekadar Kelalaian
Kombes Pol Anom Karibianto, Kabid Humas Polda Riau, membenarkan kejadian ini dan menyebut bahwa Wakapolda telah membentuk tim khusus untuk memburu para pelarian. Namun publik bertanya-tanya, bagaimana bisa 11 orang lolos dari penahanan tanpa terdeteksi?
Menurut Dr. Bambang Rahardjo, pakar kriminologi Universitas Indonesia, insiden ini bisa mencerminkan kelemahan sistemik.
“Pelarian massal semacam ini jarang terjadi secara spontan. Biasanya ada perencanaan matang, dan ini menandakan dua kemungkinan: kelalaian pengawasan atau dugaan keterlibatan oknum dalam institusi,” ujar Bambang saat diwawancarai.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa ruang tahanan di banyak polres sudah overkapasitas dan minim investasi dalam sistem keamanan modern.
Fasilitas Usang dan Beban Personel
Tak sedikit pihak menyoroti kondisi fisik rumah tahanan Polres Kampar yang dinilai kurang memadai. Sejumlah kasus pelarian di tempat lain mengindikasikan bahwa bangunan lama, pengawasan minim, dan peralatan usang seperti CCTV tidak berfungsi menjadi penyebab utama.
“Sebagian besar polres tidak dirancang untuk menampung tahanan jangka panjang. Mereka hanya titik transit. Bila ditambah beban berlebih, kontrol jadi longgar,” ungkap Retno Lestari, pengamat kebijakan publik dari LIPI.
Ada Tangan Dalam?
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam banyak kasus pelarian narapidana di Indonesia, keterlibatan orang dalam kerap mencuat. Entah karena suap, tekanan, atau kelengahan disengaja, pelarian masal jarang terjadi tanpa setidaknya satu ‘lubang’ dari dalam sistem.
Polda Riau sendiri belum menyinggung indikasi tersebut, namun membentuk tim khusus bisa jadi sinyal awal bahwa kemungkinan itu tengah diselidiki secara diam-diam.
Dampak Sosial dan Psikologis
Masyarakat di sekitar Kampar saat ini dilanda kecemasan. Sejumlah warga mengaku khawatir akan keselamatan mereka jika para pelarian bersembunyi di area permukiman.
Pemerhati sosial, Rina Wahyuni, mengatakan:
“Kepanikan bisa menyebar cepat dalam masyarakat jika penanganan lambat. Polisi harus bersikap transparan dan menjamin keamanan warga.”
Kesimpulan dan Catatan Kritis
Peristiwa pelarian ini bukan hanya soal kaburnya 11 tahanan. Ini adalah tamparan keras terhadap sistem keamanan, ketertiban, dan kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum.
Penting bagi Polda Riau untuk segera:
- Mengungkap kronologi rinci pelarian.
- Menginvestigasi kemungkinan keterlibatan oknum internal.
- Mengkaji ulang sistem dan fasilitas tahanan di seluruh jajaran polres.
Transparansi, ketegasan, dan perbaikan sistemik adalah satu-satunya jalan untuk memulihkan kepercayaan publik.(*)
Rilis: Redaksi
Editor: When