Ledakan HIV/AIDS di Kepulauan Meranti: Bayi Jadi Korban, Pemerintah Sibuk Membungkus Masalah

UpdateiNews | Kepulauan Meranti, (28/04/25) – Sementara pemerintah sibuk merangkai kata-kata manis soal “kesehatan masyarakat”, kenyataan di Kepulauan Meranti justru memajang potret kelam: 132 kasus HIV/AIDS tercatat sepanjang 2024–2025. Tragisnya, bahkan seorang bayi baru lahir pun menjadi korban kegagalan sistemik ini.

Data dari Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti menunjukkan 57 warga dinyatakan positif HIV, sementara angka kematian mulai menghantui. Salah satunya adalah bayi malang yang lahir dari pasangan pengidap AIDS, hanya untuk menghembuskan napas pertamanya sekaligus yang terakhir sebuah ironi pahit di tengah gegap gempita jargon kesehatan nasional.

Pemerintah daerah, seperti biasa, sibuk mengumandangkan keberhasilan dalam “pendataan dan pemeriksaan”. Namun di lapangan, realitas berbicara: warga menolak diperiksa karena takut dikucilkan. Rupanya, sosialisasi yang selama ini digembar-gemborkan hanya berakhir di papan spanduk dan seminar berbiaya mahal, tanpa menyentuh ketakutan nyata masyarakat. Janji menjaga kerahasiaan penderita terdengar baik di konferensi pers, tapi tak cukup mampu menembus tembok ketidakpercayaan yang sudah terlanjur tinggi.

Alih-alih memimpin dengan edukasi yang bermartabat, aparat kesehatan dibiarkan berjuang sendiri di tengah gunjingan sosial dan minimnya dukungan kebijakan tegas. Penolakan pemeriksaan dan pengobatan pun menjadi bom waktu yang dibiarkan berdetak tanpa rencana darurat yang jelas.

Jika pola ini terus dibiarkan, Kepulauan Meranti tidak hanya akan tercatat sebagai “daerah kasus HIV/AIDS meningkat”, tetapi mungkin akan menjadi lambang kegagalan kolektif: kegagalan mengedukasi, kegagalan mengayomi, kegagalan melindungi. Dan ketika gelombang baru infeksi datang, jangan salahkan masyarakat sepenuhnya karena negara pun sebenarnya telah absen sejak lama.

Ledakan kasus hari ini bukan sekadar peringatan. Ini adalah potret nyata dari betapa mahalnya harga sebuah kelalaian. (*)

Rilis: Redaksi

Editor: When

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *