UpdateiNews-Jakarta, 24 April 2025 — Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyampaikan laporan terbaru mengenai kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025. Dalam keterangan resmi yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, perekonomian nasional dinyatakan tetap stabil meskipun tekanan global masih berlanjut.
Pertumbuhan Ekonomi Tetap Positif
KSSK memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 5%, sejalan dengan kinerja ekonomi yang masih menunjukkan perbaikan. Bank Indonesia menyebutkan PDB Indonesia berpotensi tumbuh antara 4,8% hingga 5,6% pada tahun ini, didorong oleh konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan ekspor yang membaik.
“Pemerintah tetap optimistis, namun waspada. Kami melihat ada ruang untuk menjaga momentum pertumbuhan,” ujar Sri Mulyani.
Rupiah Menguat Meski Tekanan Masih Ada
Di tengah gejolak ekonomi global dan arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat, nilai tukar Rupiah per 27 Maret 2025 tercatat sebesar Rp16.560 per dolar AS, menguat sebesar 0,12% dibandingkan akhir Februari. Meskipun demikian, sepanjang tahun 2024, Rupiah mengalami depresiasi 4,34%. Namun menurut KSSK, pelemahan tersebut masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara berkembang lainnya seperti Korea Selatan, Brazil, dan Turki.
Stabilitas Sistem Keuangan Tetap Terjaga
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) yang dikelola Bank Indonesia menunjukkan bahwa sistem keuangan Indonesia masih berada dalam zona normal. Perbankan nasional tetap sehat dengan rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi dan tingkat kredit bermasalah (NPL) yang terjaga.
“Perbankan kita dalam posisi aman. Likuiditas juga cukup longgar dan sistem pembayaran berjalan dengan lancar,” jelas Perry Warjiyo.
Tantangan Global dan Langkah Strategis
Meningkatnya ketidakpastian global menjadi sorotan utama KSSK. Ketidakpastian tersebut berasal dari potensi kebijakan moneter lanjutan The Fed dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur. KSSK menegaskan bahwa mereka terus memantau risiko-risiko eksternal tersebut dan siap mengambil langkah-langkah preventif bila diperlukan.
“Koordinasi lintas lembaga menjadi kunci dalam menjaga kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan,” ungkap Mahendra Siregar.
Target Ambisius: Pertumbuhan 8% dan Investasi Rp10.000 Triliun
Pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2025, lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya. Untuk itu, dibutuhkan investasi sekitar Rp10.000 triliun, naik signifikan dari kebutuhan tahun 2024 sebesar Rp6.900 triliun. Pemerintah berharap investasi besar ini akan datang dari sektor swasta dan peningkatan belanja infrastruktur strategis.
Dengan berbagai indikator yang menunjukkan stabilitas namun tetap menyimpan potensi risiko global, KSSK memastikan bahwa Indonesia dalam posisi waspada namun optimis dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional.(*)
Rilis : Agoes. B
Editor : Weny Christina