Updateinews-Jakarta, 10 April 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kejatuhan drastis pada perdagangan hari Selasa (8/4), dengan penurunan sebesar 7,90% atau 514,47 poin. IHSG ditutup pada level 5.996,14, menandai penurunan harian paling tajam dalam beberapa tahun terakhir. Akibat gejolak pasar yang ekstrim ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk melakukan penghentian sementara perdagangan atau trading halt selama 30 menit pada pukul 09:00 WIB.
Langkah ini diambil sebagai respons atas kepanikan pasar yang membuat hampir seluruh saham di Bursa melemah. Setelah perdagangan dibuka kembali pukul 09:30 WIB, tekanan jual tetap tinggi, dan hanya 15 saham yang tercatat berada di zona hijau. Sisanya, ratusan saham mengalami penurunan tajam, sebagian bahkan menyentuh batas auto reject bawah (ARB).
Analis pasar menilai, penyebab utama kejatuhan IHSG kali ini adalah gejolak eksternal, khususnya kebijakan ekonomi proteksionis dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang kembali menerapkan tarif impor tinggi terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran investor global akan terjadinya perlambatan ekonomi dan tekanan terhadap neraca perdagangan negara-negara berkembang.
“Pasar sangat sensitif terhadap kebijakan perdagangan global. Sentimen negatif dari Amerika Serikat langsung dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia,” ujar Arif Prasetyo, analis senior dari Mandiri Sekuritas.
Di sisi lain, pelaku pasar domestik juga mencermati potensi pelemahan nilai tukar rupiah serta tekanan terhadap inflasi akibat kebijakan eksternal tersebut. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan kekhawatiran berantai yang memperparah aksi jual massal oleh investor institusi maupun ritel.
BEI menegaskan bahwa langkah trading halt dilakukan sesuai dengan ketentuan untuk menjaga stabilitas pasar dan memberikan waktu bagi investor untuk menelaah informasi serta meredakan kepanikan. Kendati demikian, otoritas pasar modal juga mengimbau investor untuk tetap tenang dan tidak melakukan panic selling secara berlebihan.
Kondisi ini menjadi pengingat bahwa pasar keuangan global sangat rentan terhadap dinamika politik dan ekonomi internasional. Para pelaku pasar kini menanti kebijakan lanjutan dari pemerintah dan otoritas keuangan Indonesia untuk merespons situasi ini dan menjaga kepercayaan investor.
editor:when