Gawattt!!! Profesor Menganggur di Negeri Sendiri: Ratusan Ilmuwan BRIN Terlunta di Ibukota

‎Ratusan Pegawai BRIN Menggelar Aksi, Keluhkan Menganggur Akibat Sentralisasi Naik

UpdateiNews | Jakarta, (01/06/25) – Ratusan pegawai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), termasuk sejumlah profesor, menggelar aksi pembekuan di depan Gedung BJ Habibie, Jakarta Pusat. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan sentralisasi yang dinilai membuat banyak aparatur sipil negara (ASN) menganggur sejak unit riset mereka dilebur ke dalam struktur BRIN.

‎Massa aksi menamakan diri mereka Mimbar Akademis Penyelamatan Aset dan Masa Depan Iptek Nasional. Mereka menuntut pencopotan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, yang dianggap gagal mengelola transisi kelembagaan dan menyebabkan kekacauan dalam sistem penempatan pegawai.

‎“Kami kehilangan tempat dan fungsi. Riset mandek, laboratorium tidak berjalan, dan ratusan pegawai, termasuk profesor, kini tidak memiliki tugas,” ujar salah satu peserta aksi, Harsisto, peneliti dari Pusat Riset Material Maju, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN.

‎Harsisto mengungkapkan bahwa sejak Januari 2025, ia dipindahkan ke Kantor Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa di Rawamangun, Jakarta Timur, tanpa kejelasan tugas maupun surat keputusan definitif. Situasi ini, menurutnya, tidak hanya mengganggu produktivitas, tetapi juga meningkatkan semangat peneliti dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

‎BRIN: Ini Bagian dari Proses Transisi

‎Menanggapi aksi tersebut, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyatakan bahwa penempatan sementara merupakan bagian dari proses integrasi sekitar 18.000 ASN dari 38 kementerian/lembaga ke dalam BRIN. Ia mengakui bahwa dalam masa transisi ini, sebagian pegawai belum mendapatkan posisi atau unit kerja yang sesuai dengan kompetensinya.

‎”Ini bukan kemiskinan, tetapi masa adaptasi. Kami tengah menyusun struktur organisasi yang ideal,” kata Handoko dalam keterangannya kepada media.

‎Namun, para peserta aksi menilai pernyataan itu tidak sebanding dengan kenyataan di lapangan. Mereka menuntut pemaksaan kejelasan, penelitian struktur kepastian, serta penguatan kelembagaan berdasarkan bidang keahlian, bukan sekedar administrasi.

‎Aksi ini mencerminkan krisis yang lebih luas dalam sistem penelitian nasional, terutama yang menyangkut tata kelola sumber daya manusia. Ketika para peneliti dan ilmuwan kehilangan ruang untuk berkarya, dampaknya bisa meluas pada stagnasi inovasi dan hilangnya daya saing bangsa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

‎Demonstrasi ini berlangsung damai dan mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah atau lembaga terkait mengenai tuntutan pencopotan Kepala BRIN. (*)

Rilis: Redaksi

Editor: Wheny 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *