Ekonomi Indonesia Lesu, Tumbuh Hanya 4,87% di Kuartal Pertama 2025 Belanja Pemerintah Menyusut, Konsumsi Melemah, dan Tantangan Global Bayangi Pertumbuhan

UpdateiNews-Jakarta 06 April 2025– Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year). Angka ini menunjukkan pelambatan signifikan dibandingkan kuartal IV 2024 yang tumbuh sebesar 5,02% dan menjadi capaian terendah sejak kuartal III 2021.

Faktor Penyebab Perlambatan

1. Kontraksi Belanja Pemerintah
Salah satu penyumbang utama perlambatan adalah turunnya belanja pemerintah yang mengalami kontraksi sebesar 1,38% (yoy). Hal ini disebabkan oleh tidak adanya aktivitas besar seperti pemilu yang pada tahun sebelumnya mendorong lonjakan belanja negara.

2. Konsumsi Rumah Tangga Melemah
Sektor konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional tetap tumbuh 4,89%, namun lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Tekanan inflasi, kenaikan harga pangan, serta ketidakpastian ekonomi global turut memengaruhi pola belanja masyarakat.

3. Investasi Melambat
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), indikator utama investasi, hanya tumbuh 2,12%, merupakan laju terendah dalam dua tahun terakhir. Hal ini mencerminkan sikap wait and see pelaku usaha dalam merespons iklim ekonomi dan politik.

4. Ketegangan Perdagangan Global
Rencana Amerika Serikat menaikkan tarif impor terhadap produk Indonesia seperti elektronik dan tekstil hingga 32% memberikan tekanan terhadap ekspor. Hal ini berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,5 poin persentase pada 2025.

Dampak Terhadap Masyarakat

Pengangguran Naik, Daya Beli Tertekan
Data BPS menunjukkan jumlah pengangguran meningkat menjadi 7,28 juta orang pada Februari 2025, naik sekitar 83.450 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sektor padat karya seperti manufaktur dan konstruksi menjadi yang paling terdampak. Di sisi lain, masyarakat menjadi lebih selektif dalam membelanjakan uang, menandakan tekanan terhadap daya beli.

Peluang Kerja Semakin Terbatas
Penciptaan lapangan kerja baru melambat, terutama di wilayah-wilayah industri dan pusat urbanisasi seperti Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur. Kalangan muda dan lulusan baru paling rentan dalam kondisi ini.

Tanggapan Pemerintah dan Proyeksi

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa meskipun pertumbuhan di awal tahun mengecewakan, pemerintah masih optimis dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2% di akhir 2025. Untuk tahun 2026, pemerintah menargetkan pertumbuhan sebesar 5,8–6,3%, dengan strategi memperkuat investasi, mendorong belanja infrastruktur, serta memperluas pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional.

“Pemerintah sedang merancang insentif fiskal tambahan dan percepatan belanja infrastruktur di semester II untuk mendorong pemulihan yang lebih merata,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/5).

Ekonomi Indonesia kini menghadapi tantangan ganda: tekanan eksternal dari ketegangan geopolitik dan perdagangan, serta perlambatan domestik akibat pelemahan konsumsi dan investasi. Respons kebijakan yang tepat, cepat, dan berpihak pada sektor produktif menjadi kunci untuk menjaga momentum pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.(*)

Rilis        : Agoes.B

Editor     : Weny Christina

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *