Lomba Menulis Dispora Pekanbaru Dikecam: “Olahraga Lumpuh, Mereka Sibuk Urus Opini”

UpdateiNews | Pekanbaru,(24/07/25) –  Kebijakan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kota Pekanbaru yang menggelar lomba menulis opini dengan total hadiah Rp10 juta menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, terutama dari pelaku dan pemerhati olahraga di daerah.

Lomba yang dibuka untuk warga berusia 16 hingga 40 tahun ini diumumkan secara resmi melalui kanal media sosial Dispora. Meski dimaksudkan sebagai bagian dari upaya mendorong literasi kepemudaan, banyak pihak menilai langkah tersebut justru menyimpang dari tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dispora.

Rahmat Handayani: “Kami Butuh Matras dan Sepatu, Bukan Opini”

Pemerhati olahraga yang juga Presiden Klub Suaraaktual FC, Rahmat Handayani, menjadi salah satu sosok yang paling vokal mengkritik program ini. Ia menyebut Dispora telah gagal membaca urgensi dan kebutuhan nyata di lapangan.

“Ini bukan hanya salah arah, tapi menyepelekan kebutuhan dasar atlet. Saat atlet dan pelatih berjuang dengan minim fasilitas, Dispora malah menggelar lomba menulis. Kita butuh bola, matras, sepatu bukan tulisan,” tegas Rahmat, Rabu (23/7/2025).

Rahmat juga mendesak Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho agar segera mengevaluasi kinerja Kepala Dispora Hazli Fendriyanto, yang dinilainya telah gagal menjalankan mandat pengembangan dunia olahraga.

“Dunia olahraga bukan panggung seremonial dan proyek gaya-gayaan. Banyak generasi muda bertalenta yang butuh perhatian, bukan dilalaikan dengan program pencitraan,” tambahnya.

Keluhan Meluas dari Atlet dan Pelatih

Kritik serupa juga datang dari para pelatih dan atlet di berbagai cabang olahraga seperti atletik, taekwondo, bola voli, dan renang. Mereka mengaku masih berjuang dengan minimnya peralatan dan fasilitas latihan yang layak.

Seorang pelatih bela diri yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa dirinya bersama orang tua atlet terpaksa urunan untuk membeli matras bekas agar para atlet muda tidak berlatih di lantai semen.

“Kami hanya butuh perlengkapan dasar, bukan hadiah lomba menulis. Dispora seharusnya peka,” ujarnya.

Sejumlah klub olahraga swasta juga menyampaikan kekecewaan karena sulitnya mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah. Mereka bahkan menuding adanya dugaan persaingan tidak sehat dengan proposal-proposal fiktif dari lembaga yang tidak memiliki aktivitas pembinaan.

Desakan Evaluasi Kinerja Dispora

Publik kini menanti tanggapan Wali Kota Agung Nugroho, yang selama ini dikenal vokal soal efisiensi anggaran dan program berbasis hasil. Menurut Rahmat Handayani, momen ini menjadi titik krusial untuk “bersih-bersih” di internal Dispora.

“Kalau benar Wali Kota ingin Pekanbaru punya prestasi olahraga, jangan biarkan dana publik habis untuk program yang tak menyentuh akar masalah,” tandasnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Kepala Dispora atau pihak Pemko Pekanbaru terkait polemik ini.

Namun satu hal yang pasti: suara kekecewaan dari para pejuang olahraga di lapangan saat ini terdengar jauh lebih lantang daripada sayembara opini yang sedang digelar.(*)

Rilis: Redaksi

Editor: Wheny 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *